Hijrah Yang Kedua Dalam Islam (17)

Setelah sebagian kaum muslimin memasuki Mekkah secara diam-diam, gangguan dan penyiksaan kaum musyrikin Quraisy tidak pernah surut sama sekali. Kaum muslimin yang berjumlah lebih dari 80 orang berhijrah ke Habsyah secara diam-diam. Mereka tiba di Habsyah di bawah lindungan raja Najasyi.

Kaum musyrikin Quraisy yang telah mengetahui bahwa kaum muslimin telah tiba di Habsyah, mereka sepakat untuk mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah ke raja Habsyah dengan membawa hadiah-hadiah yang mewah. Mereka memberikan berbagai macam hadiah kepada para pembantu, uskup dan raja. Sebelum berbicara dengan raja, mereka melobi para pembantu dan uskup untuk mempengaruhi raja. Mereka berdua berbicara kepada raja, dan memintanya untuk mengembalikan kaum muslimin ke Mekkah. Namun sikap raja menolak permintaan mereka sebelum ia menanyakan kepada kaum muslimin.

Dua utusan musyrikin Quraisy dan kaum muslimin dibawa untuk menghadap raja. Raja bertanya kepada kaum muslimin tentang agama baru yang dibawa. Jafar bin Abi Thalib selaku juru bicara kaum muslimin menjawab, “Baginda Raja, kami dahulu adalah orang-orang jahiliyah, menyembah berhala, memakan bangkai, berbuat kejahatan, memutuskan hubungan persaudaraan, berlaku buruk terhadap tetangga, dan yang kuat menindas yang lemah. Allah kemudian mengutus seorang Rosul kepada kami, orang yang kami kenal asal keturunannya, kesungguhan tutur katanya, kejujuran dan kesucian hidupnya. Ia mengajak kami supaya mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun juga. Ia memerintahkan kami supaya berbicara secara benar, menunaikan amanat, memelihara persaudaraan, berbuat baik terhadap tetangga, menjauhkan diri dari perbuatan haram dan pertumpahan darah, melarang kami berbuat jahat, berdusta, dan memakan harta milik anak yatim. Ia memerintahkan kami supaya shalat dan berpuasa. Kami kemudian beriman kepadanya, membenarkan semua tutur katanya, menjauhi apa yang diharamkan olehnya, dan menghalalkan apa yang dihalalkan bagi kami. Karena itulah, kami dimusuhi oleh masyarakat kami, memaksa kami supaya meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala. Ketika mereka menindas dan memperlakukan kami dengan sewenang-wenang dan merintangi kami menjalankan agama kami, kami terpaksa ke negeri Baginda. Kami tidak memiliki pilihan lain kecuali Baginda dan kami berharap tidak akan diperlakukan sewenang-wenang di negeri Baginda.”[1]

Lalu Raja Najasy meminta bukti agama yang dibawa oleh kaum muslimin, Jafar bin Abi Thalib membacakan surat Maryam. Mendengarkan firman Allah Swt., raja Najasy berlinang air mata. Lalu ia berkata, “Sungguh, ini dan yang dibawa Isa al-Masih benar-benar bersumber dari lentera yang sama. Pergilah, demi Allah, aku tidak akan menyerahkan kalian kepada mereka sama sekali.”
Akhirnya kedua utusan Quraisy beranjak pergi meninggalkan raja Najasy. Amr bin Ash bertekad kembali lagi besok untuk menghadap raja. Walaupun Abdullah bin Abi Rabi’ah sudah menasihatinya untuk pulang kembali ke Mekkah.


Besoknya kedua utusan tersebut menghadap raja, dan berkata, “Wahai Baginda Raja, sesungguhnya mereka menjelek-jelekkan Isa bin maryam. Panggilah mereka dan tanyakanlah pandangan mereka tentang Isa bin Maryam.”  Kemudian kaum muslimin dihadapkan kembali di hadapan raja. Raja meminta pandangan dari kaum muslimin mengenai Isa bin Maryam. Jafar menjawabnya, “kami katakan seperti yang dikatakan Nabi kami, bahwa Isa adalah hamba Allah, Rosul-Nya, dan Ruh-Nya (ciptaan).”

Lalu raja mengambil potongan dahan kemudian berkata, “Demi Allah, tidak jauh berbeda yang dengan apa yang kamu sampaikan, seperti dahan ini.”[2]Kedua utusan tersebut pulang kembali ke Mekkah dengan tangan hampa. kaum muslimin hidupo dengan aman dan tentram di Habsyah. Jafar bin Abi Thalib bertemu kembali dengan Rosul pada tahun 7 Hijriyah ketika pengepungan benteng Khaibar berlangsung..                                                                       




[1] Dialog ini diambil dari Sirah Nabawiyahnya Muhammad Said Ramadhan al-Buhty
[2] Dikutip dari dialog dari sirah Nabawiyahnya Abu Bakar jabir al-Jaza’iri.

0/Post a Comment/Comments