Oleh Septiara Salwa Auliyah
Perjalanan hidup
tidaklah mudah, banyak aral melintang. Godaan syubhat dan syahwat terus
mendatangi kita di setiap harinya, sejak terbangun hingga kembali ke
pembaringan. Celakalah kita jika tidak bisa
mengarunginya.
Setiap dari kita
tentunya ingin bisa menjadi orang yang shalih. Namun, apa daya, terkadang diri
ini lemah dan kalah. Kalah sudah jiwa kita oleh syahwat. Kalah dan patah
berkali-kali. Namun saudaraku, jangan biarkan beberapa kesalahan tersebut
membuat jiwa kita mengalah dan menyerah, tetaplah istiqamah.
Saudaraku, kehidupan
ini hanya sekali. Dan di sana hanya adalah pilihan kenikmatan abadi atau siksa
abadi. Semua yang akan kita dapatkan nanti tergantung apa yang kita lakukan
saat ini. Selalu ingatlah saudaraku bahwa semua perjuangan untuk istiqamah akan
mendapatkan hasil yang indah di akhirat kelak. Dan sesungguhnya allah telah
berfirman mengenai orang-orang yang istiqomah.
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap
istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula)
berduka cita (Al-Ahqaf ayat 13).
Yakinlah bahwa
istiqamahmu tidak akan berakhir pahit, tidak akan sia-sia semua lelah dan payah
yang engkau lakukan karena-Nya. Satu butir debu pun akan engkau temui balasanya
di surga kelak, di akhirat kelak, di negeri yang terasa jauh namun sejatinya
negeri itu dekat.
Dan jika dirimu
sekarang sedang merasa lemah, merasa patah, janganlah engkau berputus asa.
Mintalah kepada Allah agar memberi keteguhan, berdoa dan bergeraklah
mengerjakan amal-amal shalih. Sesungguhnya hal tersebut akan dapat membuat
semangat kita kembali muncul, serta mendatangkan penjagaan Allah terhadap diri
kita.
Dan jika dirimu
sekarang sedang merasa lemah, merasa patah, teruslah bebenah, jangan pernah
berputus asa. Sungguh sahabat ibnu mas’ud yang mulia pernah berkata :
Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu anhu pernah mengatakan, “kebinasaan itu ada pada dua perkara,
yaitu merasa putus asa dari rahmat Allah, dan merasa bangga terhadap diri
sendiri”. (muslimah).
Istiqamah sangat dalam
maknanya hingga terdapat riwayat akan agungnya istiqamah, dari Sufyan bin
Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata, 'Aku berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ
“Wahai Rasulullah,
katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya
kepada seorangpun setelah Anda!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘aku beriman’,
lalu istiqamahlah.” (HR Muslim, Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dalam kehidupan
bermasyarakat, kita akan bergaul dengan tetangga kanan-kiri kita. Dan Islam
mengatur tata krama dalam bermasyarakat. Di antaranya menahan diri dari
mengganggu mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Iman seorang hamba
tidak akan istiqamah, sehingga hatinya istiqamah. Dan hati seorang hamba tidak
akan istiqamah, sehingga lisannya istiqamah. Dan orang yang tetangganya tidak
aman dari kejahatan-kejahatannya, tidak akan masuk Surga.” (HR Ahmad).
Akar atau kunci
istiqamah terletak pada keistiqamahan hati, sejauh mana hati itu tunduk kepada
Allah dan mengagungan-Nya. Rasulullah SAW. bersabda, “Tidaklah istiqamah iman
seorang hamba sampai istiqamah hatinya” (HR. Ahmad).
Hadist ini menunjukan
bahwa keistiqamahan anggota badan tergantung pada keistiqamahan hati, sedangkan
keistiqamahaan hati adalah dengan mengisinya dengan kecintaan kepada Allah,
cinta kepada ketaatan kepada-Nya dan benci berbuat maksiat kepada-Nya
(mukadimah Syarh Manzhumah fi’Alamati Shihhatil Qalbi, hlm 5-6).
Maka dari itu, Jagalah
hati dan imanmu, wahai saudaraku. Tegakkan kakimu di atas kebenaran, jangan
mundur dan jangan merasa lemah. Sesungguhnya Allah selalu bersamamu.
https://www.al-mubarok.com/2020/02/04/istiqomah-hingga-akhir-hayat/
dakwatuna.com
https://nikimura.com/buku-istiqamah-akidah-ibadah-tasawuf-pustaka-al-kautsar