Seberapa
Efektif Penerapan New Normal di Indonesia?
Oleh Ayu Safira
Beberapa wilayah
di Indonesia sudah mulai menerapkan New Normal sejak awal Juni kemarin. Setelah
memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar dari awal April, Pemerintah Indonesia
mempertimbangkan pemberlakuan New Normal. Sektor perekonomian menjadi salah
satu alasan kuat mengapa New Normal ini diterapkan, karena sektor ekonomi
termasuk yang paling tertekan akibat dampak dari pandemi. Banyak perusahaan yang
terpaksa memberhentikan karyawannya, juga banyak UMKM yang berhenti sehingga
roda perekonomian tidak jalan. Himbauan untuk di rumah saja pun menyebabkan
banyak kepala keluarga yang tidak dapat penghasilan sehingga konsumsi rumah tangga
ikut menurun.
Terhitung ada
102 kabupaten dan kota yang termasuk dalam kategori zona hijau dan tidak
memiliki kasus COVID-19 sehingga memenuhi kriteria wilayah yang diperbolehkan
menerapkan New Normal. Sebagai langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam
bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi, diharapkan masyarakat dapat menjalani
New Normal dan berkegiatan di luar rumah dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan. Sejak New Normal diterapkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,
Airlangga Hartanto menyatakan bahwa ekonomi mulai naik. Beberapa sektor memang
mengalami penurunan dari akhir maret sampai April tersebab pandemi.
Banyak yang
menilai Indonesia tidak cukup siap untuk menerapkan New Normal, karena dilihat
dari jumlah kasus COVID-19 yang terus naik setiap harinya. Media Australia pun
menyebutkan Indonesia menjadi hotspot baru COVID-19 karena tertinggalnya
Indonesia dengan negara Asia lain dalam penanganan virus ini. Tetapi Presiden
Jokowi menyatakan bahwa kebijakan Pemerintah dalam menerapkan New Normal ini
berbasis data sains. Dijelaskan oleh Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, bahwa Pemerintah menerapkan kebijakan New
Normal berdasarkan peta zonasi, kapasitas sarana dan prasarana, serta fasilitas
kesehatan.
Selama new
Normal, banyak sektor yang kurvanya naik seiring dengan naiknya kasus positif
COVID-19. Lantas efektifkah penerapan New Normal? Kebijakan pemerintah ini
berusaha membiasakan masyarakat untuk menjalani tatanan hidup baru dengan
memperhatikan protokol kesehatan. Pemerintah juga tidak bisa menghimbau
masyarakat untuk terus berdiam diri di rumah, dengan banyak alasan yang
menjadikan masyarakat tidak produktif, turunnya pendapatan, dan lain-lain.
Dengan menyikapi kebijakan pemerintah, masyarakat benar-benar harus menjaga
imun untuk mencegah penyebaran virus lebih luas lagi.
Dengan keadaan
seperti ini, Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi dalam melawan virus. Pemerintah
dapat mengatur kebijakan dengan memisahkan antara wilayah yang terdampak dengan
zona hijau, melakukan pengecekan yang setara dengan jumlah penduduk, dan
lain-lain. Masyarakat pun juga harus disiplin dengan protokol kesehatan yang
sudah ditetapkan pemerintah. Pakai masker, rutin mencuci tangan atau pakai
handsanitizer, tetap menjaga jarak social, dan lain-lain. Dengan begitu, kita
masing-masing dapat mengupayakan berjalannya New Normal secara efektif.
Ditulis oleh :
Ayu Safira
Mahasiswi STEI
SEBI, Penerima Beasiswa Sarjana Muamalat